Rabu, 15 Mei 2013

Review Jurnal (Akuntansi Internasional)


1.    Identitas Artikel  

a.     Judul                    :  Analisa Laporan Keuangan Guna Mengukur Kinerja Keuangan
                                      PT. Astra Internasional Tbk.
b.    Penulis                  :  Ratih Puspitasari
c.    Jurnal                    :  
d.    Volume                :  14
e.    Tahun
                   :  2012
f.     Nomor
                 :  1
g.    Halaman               :  9-20

2.    Pendahuluan  
a.    Motivasi :  
Dalam kondisi krisis perekonomian global, suatu perusahaan akan dihadapkan pada apakah perusahaan tetap dapat mempertahankan kinerja yang telah dibangun selama ini atau akan ikut terpuruk seperti yang sedang terjadi pada perusahaan di negara-negara lainnya. Jika perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan usahanya dan perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien sehingga kinerja perusahaan dapat dipertahankan dan tetap dapat tercapai sesuai target yang ditetapkan, maka dapat dikatakan perencanaan yang dibuat oleh manajemen perusahaan telah berhasil. Untuk menilai keberhasilan kinerja perusahaan dapat dilakukan melalui analisa laporan keuangan, analisis khusus, basis data, dan sumber informasi lainnya yang menjadi pertimbangan yang masuk akal tentang kondisi masa lalu, sekarang dan prospek dari usaha serta efektivitas pimpinannya.

b.    Tujuan :
Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui penerapan Analisa Laporan Keuangan pada PT. Astra International Tbk. (2) menilai Analisa Laporan Keuangan sebagai salah satu alat untuk menilai kinerja keuangan pada PT. Astra International Tbk.

3.    Tinjauan Pustaka & Hipotesis  
  a.    Tinjauan Pustaka  : 
Anthony, Robert N dan Govindarajan, Vijay, 2005, Management Controll System 111h edition, PT. Salemba Emban Patria. Penerjemah FX Kurniawan Tjakrawala.

Bambang Riyanto, 2000, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi keempat, Yogyakarta: BPFE UGM.

Ikatan Akuntan Indonesia, per 1 Oktober 2007, Standar Akuntansi Keuangan, IAI – Jakarta

John J. Wild, K.R Subramanyam, Robert F. Halsey, 2005, Financial Statement Analysis Edisi 8, Buku 2 Salemba Empat.

Sofyan Syafri Harahap,2002, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

b.    Hipotesis :  
            PT. Astra International Tbk. melakukan analisa laporan keuangan untuk menilai kinerja keuangan setiap triwulan dan tahunan. Kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2006, 2007 dan 2008 terlihat cukup baik.

4.    Metode Penelitian  
a.    Pengukuran variabel  :  
Variabel yang digunakan Laporan Keuangan Konsolidasi terdiri dari Neraca dan Laporan Laba Rugi pada PT. Astra International Tbk untuk periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2006, 2007, dan 2008. Sedangkan perusahaan pesaing per bidang usaha yang digunakan adlah laporan keuangan PT. Indomobil sebagai pesaing PT. Astra International Tbk bidang usaha otomatif serta PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) sebagai pesaing PT. Astra International Tbk bidang usaha agribisnis.

b.    Metode analisis  : 
            Penelitian dilakukan pada PT. Astra International Tbk, di kantor pusat yang berlokasi di Astra International Building Jl.Gaya Motor Raya No.8 Sunter II Jakarta, selama kurang lebih 2 bulan. Adapun metode yang digunakan terdiri dari :
1. Perencanaan dengan mengidentifikasi kebutuhan data yang digunakan dalam analisa laporan keuangan.
2. perencanaan waktu yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan.
Alat yang digunakan penulis dalam penilaian kinerja keuangan adalah melalui analisa laporan keuangan secara komparatif (trend) dan rasio keuangan.

c.    Objek : 
PT. Astra International Tbk, di kantor pusat yang berlokasi di Astra International Building Jl.Gaya Motor Raya No.8 Sunter II Jakarta.

5.    Hasil analisis :  
            Berdasarkan analisa data komparatif dan rasio-rasio keuangan dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan pada tahun 2007 perusahaan dapat meningkatkan kinerja terutama pada laba usaha dan laba bersih sehingga menghasilkan margin laba bersih (nett profit margin) sebesar 9.29% dibandingkan dengan tahun 2006 hanya sebesar 6.69%. Sedangkan pada tahun 2008 perusahaan mampu meningkatkan kinerja terbukti dari margin laba bersih (nett profit margin) sebesar 9.47% tetapi untuk tahun 2008 ini kenaikannya tidak sebesar pada tahun 2007.

6.    Simpulan, Keterbatasan, Implikasi  : 
            PT. Astra International Tbk. melakukan analisa laporan keuangan untuk menilai kinerja keuangan setiap triwulan dan tahunan. Kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2006, 2007 dan 2008 terlihat cukup baik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa likuiditas perusahaan tahun 2007 dan 2008 cukup baik namun pada tahun 2006 terjadi beda penyajian laporan keuangan yang mengakibatkan analisa rasio likuiditas perusahaan terlihat tidak baik. Solvabilitas perusahaan terlihat cukup baik, dimana perusahaan dapat memenuhi seluruh total kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan mengalami likuiditas. Perusahaan disarnkan untuk mempertahankan kinerja yang ada sekarang ini bahkan harus bisa kinerja perusahaan lebih ditingkatkan lagi dan perusahaan harus melakukan Cost Efektif Program atau efisiensi biaya, dimana penghematan biaya ini akan meningkatkan laba usaha. Sehingga kinerja perusahaan dapat meningkat. Perusahaan harus terus menerus melakukan analisa laporan keuangan untuk menilai dan meutuskan langkah yang akan diambil dalam mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan. Perusahaan juga harus tetap mempertahankan Good Corporate Governance untuk menciptakan manajemen yang baik dan bersih.

 Sumber jurnal :
www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=+jurnal+analisis+laporan+keuangan+internasional&source=web&cd=7&cad=rja&ved=0CFYQFjAG&url=http://jurnal.stiekesatuan.ac.id/index.php/jik/article/download/274/299&ei=w3-TUdt2xLysB9mcgZAI&usg=AFQjCNF_dDG75UaDyJ8a3gqHvBI1XytGfA&sig2=uskBw2J_s4xLfHX-8g0tzw&bvm=bv.46471029,d.bmk

Selasa, 14 Mei 2013

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL


Pengguna laporan keuangan yang terdiri dari pengguna internal perusahaan dan eksternal (investor, masyarakat dll) memiliki kebutuhan yang semakin besar untuk membaca dan menganalisis laporan keuangan asing. Perbandingan keuangan lintas batas menjadi penting melakukan analisis potensi dan kekuatan investasi asing langsung atau investasi portofolio asing. Analisis dan penilaian keuangan internasional ditandai dengan banyaknya kontradiksi.

Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Analisa laporan keuangan sebenarnya banyak sekali namun pada penelitian kali ini penulis menggunakan analisa rasio keuangan karena analisa ini lebih sering digunakan dan lebih sederhana.
Analisa rasio keuangan adalah perbandingan antara dua/kelompok data laporan keuangan dalam satu periode tertentu, data tersebut bisa antar data dari neraca dan data laporan laba rugi. Tujuannya adalah memberi gambaran kelemahan dan kemampuan finansial perusahaan dari tahun ketahun. Jenis-jenis analisa rasio keuangan adalah :
a. Rasio Likuiditas
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Ada 3 (tiga) macam rasio likuiditas yang digunakan, yaitu :
1) Current Ratio
2) Acid Test Ratio
3) Cash Position Ratio

b. Rasio Solvabilitas
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya (hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang). Ada 4 (empat) rasio solvabilitas yang digunakan. yaitu :
1) Total Debt To Equity Ratio
2) Total Debt To Total Assets Ratio
3) Long Term Debt To Equity
4) Long Term Debt To Total Assets

c . Rasio Profitabilitas
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. Ada 4 (empat rasio profitabilitas yang digunakan, yaitu :
1) Return On Equity (ROE)
2) Return On Assets (ROA)
3) Net Profit Margin
4) Gross Profit Margin

Tujuan analisis keuangan adalah untuk mengevaluasi kinerja perusahaan pada masa kini dan masa lalu dan untuk menilai apakah kinerjanya dapat dipertahankan. Terdapat dua alat penting dalam melakukan analisis keuangan :
  1. Analisis Rasio, Analisis ini mencakup perbandingan rasio antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama, perbandingan rasio suatu perusahaan antar waktu atau dengan periode fiscal yang lain dan atau perbandingan rasio terhadap beberapa acuan yang baku.
  2. Analisis Arus Kas, Analisis ini berfokus pada laporan arus kas, yang memberikan informasi mengenai arus kas masuk dan keluar perusahaan, yang diklasifikasikan menjadi aktifitas operasi, investasi dan pendanaan, serta pengungkapan mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non kas secara periodic. Misalkan, apakah perusahaan telah menghasilkan arus kas yang positif dari operasinya.

1. Analisis Rasio
Ada dua masalah yang harus dibahas ketika melakukan analisis rasio dalam lingkungan internasional :
a. Apakah perbedaan lintas Negara dalam prinsip akuntansi menyebabkan perbedaan yang signifikan dalam angka-angka laporan keuangan yang dilaporkan perusahaan dari Negara yang berbeda?
b. Seberapa jauh perbedaan dalam budaya serta kondisi persaingan dan ekonomi local memperngaruhi interpertasi ukuran akuntansi dan rasio keuangan, meskipun pengukuran akuntansi dari negeri yang berbeda disajikan ulang agar tercapai “ daya banding akuntansi”? Sejumlah bukti yang kuat menunjukkan adanya perberdaan besar antarnegara dalam profitabilitas, pengungkit, dan rasio serta jumlah laporan keuangan lainnya yang berasal dari factor akuntansi dan non akuntansi.
c. Seberapa besar perbedaan dalam pos-pos laporan keuangan disebabkan oleh perbedaan prinsip-prinsip akuntansi nasional ? Ratusan perusahaan non AS yang mencatatkan saham di Bursa-bursa efek AS melakukan pengungkapan rekonsiliasi berupa catatan kaki yang memberikan bukti terhadap pernyataan ini, setidaknya dalam konteks perbedaan antara nilai akuntansi berdasarkan GAAP AS dan berdasarkan GAAP non AS.
Suatu penelitian sebelumnya mengenai rekonsiliasi laporan keuangan oleh emiten asing yang disusun oleh SEC cukup informasi. Sekitar separuh dari 528 emiten non AS yang diteliti mengungkapkan perbedaan yang material antara laba yang dilaporkan laporan keuangannya mereka dengan laba bersih menurut GAAP AS. Lima jenis perbedaan laporan keuangan yang diungkapkan oleh sejumlah besar emiten adalah :
1. Depresiasi dan amortisasi
2. Biaya yang ditangguhkan
3. Pajak tangguhan
4. Pensiun
5. Transaksi mata uang asing
Penelitian ini menunjukan bahwa lebih dari 2/3 emiten yang mengungkapkan perbedaan laba yang material melaporkan bahwa laba menurut GAAP AS lebih rendah dibandingkan dengan laba menurut GAAP non AS. Hampir setengah dari antaranya melaporkan perbedaan laba lebih besar dari 25%. dua puluh lima dari 87 emiten yang melaporkan bahwa laba berdasarkan GAAP AS lebih besar daripada berdasarkan GAAP non AS melaporkan perbedaan lebih besar dari 25%. Hasil yang sam juga ditemukan untuk rekonsiliasi ekuitas pemegang saham. Secara keseluruhan, bukti dalam studi SEC ini menunjukan bahwa perbedaan laporan keuangan menurut GAAP AS dan GAAP non AS sangat material untuk kebanyakan perusahaan.

2. Analisis Arus Kas
Laporan arus kas yang sangat mendetal sangat diwajibkan menurut GAAP AS, GAAP Inggris, IFRS, dan standar akuntansi di sejumlah Negara yang jumlahnya semakin bertambah. Ukuran-ukuran yang berkaitan dengan arus kas sangat bermanfaat khusunya dalam analisis internasional karena tidak telalu dipengaruhi oleh perbedaan prinsip akuntansi, bila dibandingkan dengan ukuran-ukuran berbasis laba Apabila laporan arus kas tidak disajikan, sering kali ditemukan kesulitan untuk menghitung arus kas dari operasi dan ukuran arus kas lainya dengan menyelesaikan laba berbasis actual.

Mekanisme untuk Mengatasi
Untuk mengatasi perbedaan prinsip akuntansi lintas Negara, beberapa analis menyajikan ulang ukuran akuntansi asing menurut sekelompok prinsip yang diakui secara internasional atau sesuai dengan dasar lain yang lebih umum. Beberapa yang lain mengembangkan pemahaman yang lengkap atas praktik akuntansi di sekelompok Negara tertentu dan membatasinya analisis mereka terhadap perusahaan-perusahaan yang berlokasi di Negara-negara tersebut.

Sumber :
Choi D.S. Frederick & Meek K. Gary. 2005. AKUNTANSI INTERNASIONAL, EDISI 5 BUKU 2. Jakarta : Salemba Empat
nurulakuntansiinternasional.blogspot.com/2012/06/analisis-laporan-keuangan-internasional.html

HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL


Harmonisasi merupakan proses untuk meningkatkan kesesuaian praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-praktik tersebut dapat beragam. Harmonisasi akuntansi mencakup harmonisasi (1) standar akuntansi (yang berkaitan denganpengukuran dan pengungkapan) ; (2) pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan publik terkait dengan penawaran surat berharga dan pencatatan pada bursa efek ; (3) standar audit.

Keuntungan Harmonisasi Internasional :
  1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa hambatan. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi modal.
  2.  Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik; portofolio akan lebih beragam dan risiko keuangan berkurang.
  3. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan strategi dalam bidang merger dan akuisisi.
  4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard pat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi.
Kritik atas Standar Internasional
Beberapa pihak mengatakn bahwa penentusn standar akuntansi internasional merupakan solusi yang terlalu sederhana atas masalah yang rumit. Lebih jauh lagi, ditakutkan bahwa adopsi standar internasional akan menimbulkan “standar yang berlebihan”. Perusahaan harus merespon terhadap susunan tekanan nasional, politik, social, dan ekonomi yang semakin meningat dan semakin dibuat untuk memenuhi ketentuan internasional tambahan yang rumit dan berbiaya besar.
Rekonsiliasi dan Pengakuan Bersama Dua pendekatan yang diajukan sebagai solusi yang mungkin digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas :

  1. Rekonsiliasi. Melalui rekonsiliasi, perusahaan asing dapat menyusun laporan keuangan dengan menggunakan standar akuntansi negara asal, tetapi harus menyediakan rekonsiliasi antara ukuran-ukuran akuntansi yang penting (seperti laba bersih dan ekuitas pemegang saham) di negara asal dan di negara dimana laporan keuangan dilaporkan.
  2. Pengakuan bersama (yang juga disebut sebagai “imbal balik”/resiprositas). Pengakuan bersama terjadi apabila pihak regulator di luar negara asal menerima laporan keuangan perusahaan asing yang didasarkan pada prinsip-prinsip negara asal.

Penerapan Standar Internasional
Standar akuntansi internasional digunakan sebagai hasil dari :

  1. Perjanjian internasional atau politis
  2. Kepatuhan secara sukarela (atau yang didorong secara professional)
  3. Keputusan oleh badan pembuat standar akuntansi internasional
Organisasi Internasional Utama yang Mendorong Harmonisasi Akuntansi
Enam organisasi telah menjadi pemain utama dalam penentuan standar akuntansi internasional dan dalam mempromosikan harmonisasi akuntansi internasional 

  1. Badan Standar Akuntansi International (IASB)
  2. Komisi Uni Eropa (EU)
  3. Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO)
  4. Federasi Internasional Akuntan (IFAC)
  5. Kelompok Kerja Ahli Antarpemerintah Perserikatan Bangsa-bangsa atas Standar Internasional Akuntansi dan Pelaporan (International Standars of Accounting and Reporting – ISAR), bagian dari Konferensi Perserikatan Bangsa-bangsa dalam Perdagangan dan Pembangunan (United Nations Conference on Trade and Development –UNCTAD)
  6. Kelompok Kerja dalam Standar Akuntansi Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi _Kelompok Kerja OEDC)
Badan Standar Akuntansi Internasional
Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), dahulu AISC, didirikan tahun 1973 oleh
organisasi akuntansi professional di Sembilan negara.

Tujuan IASB adalah :


  1. Untuk mengembangkan dalam kepentingan umum, satu set standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diterapkan yang mewajibkan informasi yang berkualitas tinggi, transparan, dan dapat dibandingkan dalam laporan keuangan.
  2. Untuk mendorong penggunaan dan penerapan standar-standar tersebut yang ket
  3. Untuk membawa konvergensi standar akuntansi nasional dan Standar Akuntansi Internasional dan Pelaporan Keuangan Internasional ke arah solusi berkualitas tinggi

Konvergensi IFRS
Dunia akuntansi saat ini masih disibukkan dengan adanya standar akuntansi yang baru yaitu Standar Akuntansi Keuangan Internasional IFRS. 
Tentang tujuan penerapan IFRS adalah memastikan bahwa penyusunan laporan keungan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimasukkan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang terdiri dari :
  • Memastikan bahwa laporan keuangan internal perusahaan mmengandung infomasi berkualitas tinggi
  • Tranparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan
  • Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna
  • Meningkatkan investasi
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh adanya suatu perubahan sistem IFRS sebagai standar global yaitu :
  • Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa hambatan berarti. Stadart pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi local
  • Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik
  • Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan mengenai merger dan akuisisi
  • Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard dapat disebarkan dalam mengembangkan standard global yang berkualitas tertinggi.
Demikian peran regulator dalam mensosialisasikan betapa besar tujuan dan manfaat yang diperoleh menuju ke IFRS . "Perusahaan juga akan menikmati biaya modal yang lebih rendah, konsolidasi yang lebih mudah, dan sistem teknologi informasi yang terpadu," kata Patrick Finnegan, anggota Dewan Standar Akuntansi International (International Accounting Standards Board/IASB), dalam Seminar Nasional IFRS di Jakarta.
Perlunya Harmonisasi Standar Akuntansi Indonesia
Indonesia perlu mengadopsi standar akuntansi international untuk memudahkan perusahaan asing yang akan menjual saham dinegara ini atau sebaliknya. Namun demikian untuk mengadopsi standar international itu bukan perkara mudah karena memerlukan pemahaman dan biaya sosialisasi yang mahal. Indonesia sudah melakukannya namun sifatnya baru harmonisasi dan selanjutnya akan dilakukan full adoption atas standar inetrnasional tersebut. Adopsi standar akuntansi international tersebut terutama untuk perusahaan publik. Hal ini dikarenakan perusahaan publik merupakan perusahaan yang melakukan transaksi bukan hanya nasional tetapi juga secara internasional. Jika terjadi jual beli saham di Indonesia atau sebaliknya, tidak akan lagi dipersoalkan perbedaan standar akuntansi yang dipergunakan dalam penyusunan laporan. Ada beberapa pilihan untuk melakukan adopsi, menggunakan IAS apa adanya, atau harmonisasi. Harmonisasi adalah kita yang menentukan mana saja yang harus diadopsi , sesuai dengan kebutuhan. Contohnya adalah PSAK no 24, itu mengadopsi sepenuhnya IAS nomor 19. Standar berhubungan dengan imbalan kerja atau employee benefit. Bapepam telah memberikan sinyal kepada semua perusahaan go public tentang kerugian apa yang akan kita hadapi bila kita tidak melakukan harmonisasi, Dalam pernyataannya Bapepam menjelaskan bahwa kerugian yang berkaitan dengan pasar modal yang masuk ke Indonesia, maupun perusahaan Indonesia yang listing di bursa efek di Negara lain. Perusahaan Asing akan kesulitan untuk menterjemahkan laporan keuangannya dulu sesuai standar nasional kita sebaliknya perusahaan Indonesia yang listing di Negara lain, juga cukup kesulitan untuk membadingkan laporan keuangan sesuai standar di Negara tersebut. Hal ini akan menghambat perekonomian dunia, dan aliran modal akan berkurang dan tidak mengglobal.

Tantangan dalam kon
vergensi
Dalam rangka menyongsong pemberlakuan Standar Akuntansi Keuangan yang sudah secara penuh menggunakan standar akuntansi internasional (Konvergensi IFRS) pada awal tahun 2012, Bapepam maupun lembaga keuangan lainnya memandang perlu untuk mengambil langkah-langkah sosialisasi dini kepada publik mengenai dampak konvergensi IFRS terhadap laporan keuangan . Saat ini perusahaan Indonesia masih menerapkan standar laporan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Menghadapi pengalihan ke IFRS, terdapat beberapa tantangan mendasar yang perlu dicermati peran regulator terhadap perusahaan – perusahaan di Indonesia diantaranya perubahan peraturan, pengukuran nilai wajar, penetuan dampak yang akan terjadi. Sistem IT , konversi data historis, dan ketersediaan professional. Perubahan atas perlakuan transaksi akuntansi tentunya akan signifikan, sehingga akan terdapat amandemen regulasi tentang standar akuntansi. Namun yang perlu dicermati, amandemen sejatinya yang dikeluarkan oleh Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat jenderal pajak dan juga IAPI. Peran Ditjen Pajak di bidang perpajakan mengalami perubahan standar akuntansi terkait dengan perhitungan penghasilan kena pajak perlu diatur oleh peraturan pelaksana Konvergensi IFRS akan mengakibatkan beberpa perubahan akuntansi dari Ditjen Pajak tentang keuntungan dan kerugian yang belum terealisasi dari instrument derivative akan dinilai berdasarkan IFRS . Kerangka perpajakan yang berbeda memungkinkan perlakuan yang berbeda pula. Hal yang paling utama akan berdampak pada persediaan, manajemen aset, pajak tangguhan, pelaporan keuangan, pengakuan pendapatan , pembelian dan lain-lain. Selain itu, konversi standar akuntansi Indonesia terhadap IFRS akan berdampak juga pada beberapa praktek akuntansi yang fundamental. Seperti konsep nilai wajar, pengungkapan keuangan aspek penyajian kembali laporan keuangan, penentuan mata uang keuangan, dan lainnya yang harus diketahui oleh semua organisasi maupun lembaga yang berperan dalam proses adopsi IFRS. Sebagaian besar aspek bisnis dapat terpengaruh oleh adopsi tersebut . Akibatnya, proses bisnis, sumber daya manusia, serta sistem operasi akan terpengaruh atau berpotensi terkena dampaknya sejalan dengan adopsi IFRS.

Kesiapan Adopsi IFRS
Indonesia saat ini belum mewajibkan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia menggunakan IFRS melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi keuangan lokal. Dewan Pengurus Nasional IAI bersama-sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan Dewan SAK serta peran regulator yang terkait sepakat akan menerapkan standar akuntansi yang mendekati konvergensi penuh kepada IFRS pada tahun 2012. Dengan kesiapan adopsi IFRS sebagai standar akuntansi global yang tunggal, perusahaan Indonesia akan siap dan mampu untuk bertransaksi, termasuk merger dan akuisisi (M&A), lintas negara. Tercatat sejumlah akuisisi lintasnegara telah terjadi di Indonesia, misalnya akuisisi Philip Morris terhadap Sampoerna (Mei 2005), akuisisi Khazanah Bank terhadap Bank Lippo dan Bank Niaga (Agustus 2005), ataupun UOB terhadap Buana (Juli 2005). Sebagaimana yang dikatakan Thomas Friedman, “The World is Flat”, aktivitas M&A lintasnegara bukanlah hal yang tidak lazim. Karena IFRS dimaksudkan sebagai standar akuntansi tunggal global, kesiapan industri akuntansi Indonesia untuk mengadopsi IFRS akan menjadi daya saing di tingkat global. Inilah keuntungan dari mengadopsi IFRS.
Bagi pelaku bisnis pada umumnya, pertanyaan dan tantangan tradisionalnya: apakah implementasi IFRS membutuhkan biaya yang besar? Belum apa-apa, beberapa pihak sudah mengeluhkan besarnya investasi di bidang sistem informasi dan teknologi informasi yang harus dipikul perusahaan untuk mengikuti persyaratan yang diharuskan. Jawaban untuk pertanyaan ini adalah jelas, adopsi IFRS membutuhkan biaya, energi dan waktu yang tidak ringan, tetapi biaya untuk tidak mengadopsinya akan jauh lebih signifikan. Komitmen manajemen perusahaan Indonesia untuk mengadopsi IFRS merupakan syarat mutlak untuk meningkatkan daya saing perusahaan Indonesia di masa depan.



Sumber :
kk.mercubuana.ac.id
nunung-nur.blogspot.com/2011/05/harmonisasi-akuntansi-internasional.html

Rabu, 08 Mei 2013

PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA

Pelaporan keuangan (financial reporting) dan laporan keuangan (financial reports) memiliki pengertian yang berbeda. Mungkin selama ini kadang memanfaatkan jasa analisa (jasa analisis) atau jasa audit mengenai keuangan. Misalnya datang ke kantor akuntan, seperti kantor akuntan publik, atau jasa keuangan lainnya. Pelaporan Keuangan meliputi segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan peyampaian informasi keuangan. Aspek-aspek tersebut antara lain lembaga yang terlibat (misalnya penyusunan standar, badan pengawas dari pemerintah atau pasar modal, organisasi profesi, dan entitas pelapor), peraturan yang berlaku termasuk PABU (prinsip akuntansi berterima umum atau generally accepted accounting principles/GAAP). Laporan keuangan hanyalah salah satu medium dalam penyampaian informasi. Bahkan seharusnya harus dibedakan pula antara statemen (statement) dan laporan (report)


PERUBAHAN HARGA

Argentina, Brasil, Israel, Meksiko, dan Rusia merupakan beberapa Negara penderita paling buruk dari kondisi inflasi yang tinggi. Tiap tahun rata-rata inflasi di negara-negara tersebut seringkali melampaui 100% dan bahkan tingginya mencapai 2000% di Brasil dan Rusia. Rata-rata dalam negara industri, inflasi terdapat pada dua negara adidaya pada pertengahan tahun 1970 dan di Inggris inflasi mencapai 25%. Sangat tidak mengherankan di negara tersebut pertambahan inflasi menyangkut dengan yang akan mempengaruhi dalam pemakaian " akuntansi Inflasi" sistem ini akan menjadi obat dari kerusakan pada menurut adat akuntansi biaya historis dan mengungkapkan dampak perubahan harga dan inflasi pada pendapata dan aset.

Dampak dari Inflasi pada Perusahaan
Efek dari inflasi pada posisi keuangan dan prestasi dari perusahaan dapat berakibat dalam inefisiensi prestasi oleh keputusan manajer yang tidak mengerti dari dampak tersebut. Seperti contoh, jika bisnis holding finansial pada aset keuangan tunai selama periode dimana inflasi mengalami menaikan sampai 10%, berarti sebanyak 10% kemampuan pembelian berakhir dari periode dimulainya inflasi.
Efek dari inflasi pada aset nonkeuangan dicerminkan dalam laporan laba rugi dan neraca: selama periode kenaikan harga, pendapatan dari penjualan sekarang dicocokkan terhadap inventaris tersebut mungkin bermula dari beberapa pembelian bulanan dan terhadap perhitungan depresiasi biaya histori dari tanah, bangunan, dan peralatan tersebut berasal dari pembelian beberapa tahun yang lalu, meskipun benar bahwa mengganti inventaris dan aset tetap bisa menjadi lebih mahal.

Alternatif Ukuran Akuntansi
Pada umumnya kemampuan pembelian menurut akuntansi memasukkan semua pola sistem dalam mempertahankan kemampuan pembelian secara nyata dari modal atau shareholder, ekuitas dalam perusahan dalam akuntansi untuk penukaran tingkatan umum dari harga.
Nilai sekarang menurut akuntansi pada tangan yang lain, memasukkan semua pola sistem pada pencatatan dari nilai sekarang atau perubahan dalam harga secara spesifik. Dengan memasukkan akuntansibiayasekarang dan mengganti nilai sistem akuntansi, yang mana maksudnya adalah mempertahankan fisik modal, kapasitas produksi, atau operasi aset pada perusahaan; dan pengeluaran sekarang (atau penjualan) akuntansi harga, yang mana maksudnyamempertahankan shareholder skuitas tetapi dalam istilah untuk harga penjualan untuk aset bersih perusahaan.

Kemampuan Pembelian Menurut Akuntansi pada Umumnya
Filosifi umum yang mendukung kemampuan pembelian menurut akuntansi pada umunya adalah: laporan keuangan, pertanggangjawaban, pendapatan, dan beban pada unit-unit pada kemampuan pembelian.
Persoalan lebih lanjut menyangkut sifat dari indeks yang dapat digunakan dalam membuat penyesuaian GPP. Kita catat permulaannya dari indeks harga konsumen yaitu salah diantaranya sangat luas penggunannya di seluruh dunia dalam mengukur inflasi. Indeks tersebut mengukur perubahandari harga pada bermacam-macam tingkat untuk konsumen yang baik dan pelayanannya begitu juga pembelian untuk konsumsi akhir. Bagaimanapun, karena indeks konsumen berorientasi mungkin tidak terlalu penting menggambarkan perubahan dalam harga dengan tepat yang mempengaruhi perusahaan.

Nilai Sekarang Menurut Akuntansi
Kita mempunyai catatan yang siap digunakan, nilai sekarang dari akuntansi menyangkut dari kenaikan atau penurunan biaya atau nilai spesifik aset. Tidak dengan kerugian secara menyeluruh untuk kemampuan pembelian untuk mata uang. Dibawah konsep pemasukan adalah tidak mempertimbangkan pendapatan sampai perusahaan mempertahankan modal dari nilai sekarang. Dibawah nilai sekarang menurut akuntansi, dasar baru dari nilai aset menggantikan pendekatan biaya histori tradisional.
Terdapat dua pendekatan utama pada nilai sekarang menurut akuntansi: biaya sekarang (atau biaya pengganti) dan biaya pengeluaran sekarang (harga penjualan atau nilai bersih yang dapat dicapai). Akuntansi biaya sekarang, metode ini sangat luas dan telah diterima oleh umum, metode ini digunakan untuk menggolongkan aset non keuangan. Dibawah pendekatan ini, aset telah dinilai menurut apa yang sesuai dengan nilai pengganti biaya. Bagaimanapun apakah nilainya akan menggambarkan kesamaan dengan aset yang diganti atau serupa dengan dayaguna aset pada fungsi yang sama dengan teknologi baru yang sedapat mungkin menjadi subjek dari diskusi ini. Akuntansi harga pengeluaran sekarang, di lain pihak, nilai aset, penyelesaian spesial inventaris yang baik, pada apa mereka dapat membeli dengan mengeluarkan biaya untuk melengkapi dan membeli barang-barang. Di Belanda teori nilai pengeluaran, memajukan jasa adalah diantaranya menciptakan likuidasi, nilai, dan konsep perusahaan yang go publik. Di bawah konsep perusahaan yang go publik, aset dinilai pada penyelesaian normal dari produksi.

Nilai Sekarang: GPP Akuntansi
Walaupun kita membicarakan GPP dan nilai sekarang dari Akuntansi secara tersendiri, banyak para akuntan dan ahli ekonomi percaya bahwa keduanya mengkombinasikan dalam sistem akuntansi berdasarkan nilai nyata. 

STANDAR PELAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL

Reaksi pertama dari IASC ( sekarang IASB) ke akuntansi inflasi pada tahun 1977 di dalam IAS 6,
Accounting Responses to Changing Prices. IASC mencoba untuk menetapkan standar yang utama dalam pembatasan pilihan yang ada dan harus terlebih dahulu berdasar pada suatu konsensus tentang organisasi anggotanya sehingga IAS 6 menjadi sangat ringkas.

Panitia Standard Akuntansi Internasional percaya bahwa percobaan lebih lanjut adalah perlu sebelum dapat memberikan pertimbangan yang menuntut perusahaan untuk mengungkapan laporan keuangan utama, menggunakan suatu sistem yang seragam dan menyeluruh untuk mencerminkan perubahan harga. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan utama pada basis biaya historis akan membantu evolusi pokok materi untuk menyediakan penjelasan tambahan yang mencerminkan efek perubahan harga. Jenis informasi utama tersebut yang mencerminkan efek perubahan harga direkomendasikan untuk pengungkapan oleh IAS 15, yaitu 
  1. Sejumlah dari penyesuaian atau menyesuaikan jumlah penyusutan hak milik, pabrik, dan peralatan.
  2. Sejumlah dari penyesuaian atau menyesuaikan jumlah biaya penjualan.
  3. Penyesuaian yang berhubungan dengan pos moneter, efek dalam meminjam, atau bunga modal, yang pada penyesuaian seperti itu telah diperhitungkan dalam menentukan pendapatan dengan metode akuntansi yang diadopsi.
  4. Keseluruhan efek pada hasil penyesuaian sebaik materi lain mencerminkan efek dalam mengubah harga yang dilaporkan di bawah metode akuntansi yang diadopsi.
  5. Suatu metode biaya sekarang diadopsi, hak milik, peralatan dan pabrik dan inventaris.
  6. Metode yang diadopsi menghitung informasi menuntut di dalam materi yang terdahulu, mencakup sifat alami menggunakan indeks.

PERBANDINGAN PERATURAN NASIONAL DAN PRAKTEK
Praktek akuntansi, inflasi bervariasi di seluruh dunia dan bagi suatu pertimbangan menyangkut tingkat tarif dan dampak inflasi. Pengalaman akuntansi inflasi yang substansial telah diperoleh mengikuti hiperinflasi yang paling sering terjadi di Amerika Selatan, khususnya di Argentina, Brazil, dan Cili.Di Inggris, profesi akuntansi memperkenalkan SSAP 16 pada tahun 1980. Pejabat menarik mundur SSAP 16 pada tahun 1988 berikut kemerosotan kritik dan tingkatan inflasi dari bisnis.
Di Amerika Serikat, peraturan diperkenalkan pertama kali dengan ketentuan hukum yang dikenakan oleh SEC pada tahun 1976. GPP dan pengungkapan arus biaya yang diperlukan oleh SFAS 33 sebagai tambahan terhadap pengungkapan pendapatan yang telah disesuaikan, persediaan, pabrik dan peralatan diperlukan untuk menjadi pengungkapan secara bersama dengan peningkatan dan penurunan biaya sekarang menyesuaikan untuk GPP. 

Inflasi Akuntansi di Amerika Selatan
Dengan hiperinflasi yang merajalela dalam bebrapa tahun terakhir ini di sejumlah negara di Amerika Selatan, khususnya Brazil dan Argentina, ini tidak mngejutkan bahwa ada tekanan-tekanan untuk mengadopsi sistem-sistem inflasi akuntansi. Di Brazil, penyesuaian-penyesuaian inflasi akuntansi digunakan pada awal 1950-an, tapi sebuah peraturan/hukum perusahaan yang baru pada tahun 1976 , yaitu pendekatan pengindeksasian umum untuk mengemukakan kembali biaya-biaya historis dalam syarat-syarat daya beli sekarang sebagai tanggal dari laporan keuangan.
Semua perusahaan diwajibkan mengemukakan kembali neraca dengan hormat pada properti, bangunan, dan perlengkapan dan deprisiasi yang berhubungan, investasi-investasi, dan biaya-biaya yang ditangguhkan dan ekuitas pemegang saham.Di Argentina, sistem inflasi akuntansi diperkenalkan utamanya lewat inisiatif dan campur tangan profesi akuntansi. Pada tahun 1972, sebuah pernyataan dijadikan pokok permasalahan, merekomendasikan publikasi tambahan pelapaporan keuangan GPP. Pada tahun 1995, syarat-syarat penyesuaian GPP dipindahkan mengikuti periode inflasi yang rendah.

Nilai Akuntansi Sekarang di Belanda
Di Belanda, orang-orang Belanda sadar akan nilai akuntansi sekarang untuk waktu yang lama. Ada dua alasan mengapa fokus pada Belanda jika tidak ada persyaratan untuk biaya sekarang atau akuntansi GPP yaitu, pertama melibatkan teori Profesor Theodore Limberg, yang sering disebut Bapak Teori Nilai Penggantian karena kepeloporannya bekerja di Belanda tahun 1930-an. Dia fokus pada hubungan kuat antara ekonomi dan akuntansi dan percaya bahwa pendapatan seharusnya tidak dihasilkan tanpa pemeliharaan sumber daya dari pendapatan bisnis dari sudut kelangsungan atau kelanjutan. Pendapatan adalah fungsi dari penghasilan dan nilai-nilai penggantian daripada biaya historis. Dalam tambahannya Limberg mempertahankan bahwa informasi nilai sekarang harus digunakan semua pembuat keputusan.
Alasan kedua, untuk melihat pada Belanda untuk mempelajari dari pengalaman dari perusahaan Philips multinasional orang Belanda yang merupakan pelopor penyedia laporan keuangan nilai sekarang. Philips adalah contoh yang menarik dan berharga dari aplikasi praktek dalam nilai akuntansi sekarang. Dalam laporan keuangan nilai sekarang, Philips menggunakan nilai penggantian sekarang bersama dengan proses penyesuian untuk merefleksikan tingkat dimana ada penambahan keuntungan dari aset finansial dari pinjaman daripada modal ekuitas.
Nilai-nilai sekarang dipergunakan oleh departemen pembelian untuk aktiva tetap; oleh departemen permesinan untuk spesifikasi disain bagian peralatan, dan oleh desain bangunan dan departemen permesinan gedung untuk bangunan bangunan.

Brink (1999) yang menunjukkan, Philips cenderung untuk beberapa tahun menerapkan nilai penggantian akuntansi dalam sebuah cara yang jauh dari konservatif dan design untuk mempertinggi keuntungan. Perlakuan pada pengurangan nilai persediaan dan proses penyesuian dalam negara yang mengalami hiperinflasi, sebagai contoh secara khusus kontroversial, cukup terpisah dari kebijakan akuntansi yang berhubungan pada mata uang asing, goodwill, dan aktiva tidak berwujud dalam hal yang umum. 

MASALAH DAN PELUANG
Eksistensi level yang signifikan dari inflasi dan kemauan harga di banyak Negara mempengaruhi kebutuhan dan kegunaan system akuntansi inflasi yang mungkin tetap akan menjadi subjek dari banyak kontroversi di dalam meramalkan masa depan.
Walaupun akuntansi GPP telah digunakan dibanyak negara berinflasi tinggi di Amerika Selatan, tetapi tidak ada contoh dari standar akuntansi biaya langsung atau regulasi di Inggris dan Amerika Serikat tentang mempertahankan level nasional yang mewasiatkan penelitian mengenai akuntansi inflasi pada pertengahan 1980-an. Bagaimanapun juga, banyak perusahaan-perusahaan Eropa membuat pengungkapan nilai langsung secara sukarela.
Baru-baru ini perhatian dalam nilai akuntansi yang langsung atau jujur sangat diharapkan akan memajukan penelitian dengan tipe yang bervariasi dari system akuntansi perubahan harga. Hal ini mungkin juga akan menjadi penumbuh apresiasi dari keadaan yang terpuruk dengan cara memilih pendekatan alternative yang mungkin dapat dikerjakan dan berguna dalam pengukuran laba dan asset. Kegunaan dari harga jual dan keluar dalam konteks perubahan harga, terutama memperhatikan nilai atau milik dan investasi, selain itu mungkin juga menjadi apresiasi yang lebih baik. Hal ini kiranya juga menjadi kesempatan untuk menggunakan sumber-sumber relevan lainnya dari informasi yang ada, seperti informasi mengenai aliran kas.



Sumber : 
Choi, Frederick D.S and Gary K. Meek. 2010. International Accounting. Buku 1. Salemba Empat. Jakarta.
harnityastuti.blogspot.com/2011/05/pelaporan-keuangan-dan-perubahan-harga.html